Senin, 31 Januari 2011

Psikologi dalam Pendidikan

KabarIndonesia - Dengan pesatnya perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan, maka perubahan-perubahan pesat terjadi pula dalam bidang pendidikan. Kurikulum sering dikenal revisi dan pengembangan, metode belajar megajar sudah sering mengalami perubahan dan pengembangan, dan sumber serta fasilitas belajar sering mengalami penambahan. Bahkan, abad teknologi telah melanda dunia pendidikan. Berbagai peralatan teknologi elektronik serta komputer mulai banyak dipergunakan di dalam proses belajar mengajar di sekolah-sekolah.



Kenyataan di atas banyak memancing berbagai tanggapan. Bagaimanakah pengaruh penggunaan komputer dalam proses belajar mengajar? Memang dalam satu segi komputer dalam pendidikan mempercepat arus informasi. Apabila penggunaan komputer dikombinasikan dengan internet, hal ini akan memperluas jangkauan arus informasi ke segenap pelosok dunia secara hampir serentak. Pengaruh komputer yang paling cepat adalah segera membuka dinding peyekat setiap mata pelajaran, yang ini semua merealisasi cara belajar Gestalt. Salah satu bahaya dari cara pengajaran ini adalah adanya kecenderungan pelaksanaan aktivitas belajar secara mekanis dan tidak humanistis. Dengan perkataan lain, ada kekhawatiran akan diabaikannya peran psikologi dalam pendidikan.

Berbicara mengenai situasi pengajaran di Indonesia, kita tidak dapat menutupi kenyataan di mana sekolah-sekolah masih mengutamakan penguasaan konsep mata pelajaran. Akibatnya, peranan dan minat guru-guru ataupun murid-murid masih banyak dibatasi oleh pengawasan dari pihak pemerintah. Memang ada kemungkinan, bahwa keberhasilan pendidikan kita adalah tidak lepas hubungannya dengan keterampilan guru-guru dalam mengelola belajar mengajar. Pendidikan kita sekarang belum banyak memperhatikan minat dan kebutuhan anak didik. Pendidikan kita masih banyak berkutat dengan masalah-masalah kompetensi lembanga pendidikan serta pemenuhan kebutuhan dunia kerja akan tenaga kerja.

Dengan kenyataan di atas, maka sudah tiba masanya sekarang dimana pendidikan hendaknya lebih melayani kebutuhan dan hakikat psikologis anak didik. Pendidikan seharusnya mempunyai kreasi-kreasi baru di sepnjang waktu dengan berorientasi kepada sifat dan hakikat anak didik. Selama anak sekolah hanya menyenangi puisi-puisi daripada menulis naskah-naskah kreatif dan selama anak-anak sekolah dilatih perhitungan matematis yang kurang berguna daripada mengajarkan manfaat perhitungan tersebut untuk kegunaan yang nyata, maka selama itu pula pendidikan di sekolah belum berhasil.

Apabila kita melihat dunia pendidikan dalam prakteknya, masih banyak dijumpai guru-guru yang beranggapan, bahwa pekerjaan mereka tidak lebih dari menumpahkan air ke dalam gelas kosong. Guru yang benar-benar dapat berhasil adalah guru yang menyadari bahwa dia mengajarkan sesuatu kepada manusia-manusia yang berharga dan berkembang. Dengan bekal kesadaran semacam ini di kalangan para pendidik, hal itu sudah memberikan harapan agar guru-guru menghormati pekerjaan mereka sebagai guru. Pekerjaan guru adalah lebih bersifat psikologis daripada pekerjan seorang dokter, insinyur atau ahli hukum. Untuk itu, guru hendaknya tidak jemu dengan pekerjaannya, meskipun dia tidak dapat menentukan atau meramalkan secara tegas tantang bentuk manusia yang bagaimanakan yang akan dihasilkannya kelak di kemudian hari.

Sekolah-sekolah yang menekankan disiplin ketat terhadap murid-murid di kelas serta menjadikan displin sebagai alat vital untuk menyampikan bahan pelajaran kepada murid-murid, maka sekolah-sekolah semacam itu belum memberi tempat yang terhormat terhadapa psikologi dalam pendidikan. Disiplin pada hakikatnya hanya salah satu metode dalam pengajaran guna menumbuhkan kepatuhan pada anak didik.

Kepatuhan memang perlu, tetapi kepatuhan itu sendiri hendaknya tidak sepihak. Kepatuhan sebaiknya terjadi secara timbal balik di antara semua pihak yang terlibat di dalam pendidikan, baik itu anak didik, pendidik, kurikulum, maupun fasilitas pendidikan. Di sinilah letak pentingnya psikologi dalam pendidikan. Semua pihak yang terlibat dalam proses pendidikan perlu mengarahkan perhatian kepada sifat dan hakikat anak didik, sehingga pelayanan pengajaran mebuahkan pribadi pribadi yang berkembang secara efektif.

Berdasarkan uraian di atas, pengetahuan psikologis tentang anak didik menjadi hal yang sangat penting dalam pendidikan. Karena itu, pengetahuan tentang psikologi pendidikan seharusnya menjadi kebutuhan bagi para pendidik, bahkan bagi setiap orang yang menyadari peranannya sebagai pendidik. (*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar